Senin, 02 Oktober 2017

SEPUTAR CINTA


SEPUTAR CINTA

Selamat menikmati waktu luang untuk anda semua . bertemu lagi dengan saya Nadila dari Perbankan syariah kelas C dengan tulisan saya yang ke-empat . minggu lalu tepatnya pada hari Jumat , 14 oktober saya mendengar kabar baik sekaligus buruk. Kabar baiknya adalah ternyata tugas menulis Bahasa Indonesia yang dulunya berjumlah 10 sekarang hanya 5 tulisan saja . yaa ,setidaknya saya tidak perlu berfikir keras lagi mengenai tema ,judul,pokok pikiran dan hal-hal lainnya mengenai tugas menulis ini . Sedangkan kabar buruknya , mungkin kalian akan merindukan tulisan saya yang menarik dan penuh manfaat (hehe..) .
 Berhubung saya lupa bahwa hari ini adalah hari kamis , yaitu hari dimana keesokkan harinya tulisan ini harus dikumpulkan dan saya harus kembali berfikir serta menutup film Drama Korea saya . Sebelum kita mulai bercerita , siapa pun anda dan dimanapun anda jika memiliki hobi nonton film baik bergenre action, romance, horror, anime, mupun fiksi. Kita bisa saling bertukar film,silahkan Add Facebook saya dengan nama akun Nadila Suryana Putri . Semakin baik anda mengenal penulisnya semakin anda mencintai karya-karyan mereka . Anda pasti memiliki satu atau beberapa mata pelajaran yang sangat anda tidak sukai. Sebenarnya , bukan mata pelajarannya yang anda tidak sukai tapi guru yang mengajar pelajaran itu yang anda tidak sukai . lebih baik anda cintai dulu gurunya otomatis anda akan mencintai pelajarannya . begitu juga dengan pekerjaan , cintailah pekerjaan anda maka anda akan mencintai hidup anda.
berhubungan kita telah berbicara tentang cinta , maka tema saya kali ini adalah tentang CINTA .
        Saya mensurvei berbagai teman saya tentang arti cinta , sebagian besar mereka menjawab cinta itu anugerah Tuhan , cinta itu sebuah keajaiban , cinta itu unik , cinta itu buta dan sebaginya . semua definisi itu benar , tidak ada yang salah karena cinta itu relative,dinamis,dan elastic . menurut saya cinta itu penuh warna jika tidak ada cinta hidup ini tidak sempurna bahkan bisa membuat kehidupan ini menjadi ruangan yang hampa dan gelap . Begitu banyak cinta yang kita berikan yaitu cinta kepada Tuhan , orangtua,saudara,kekasih,teman dan lain-lain. Sekarang saya akan mengajak anda membaca sebuah kisah yang mungkin pernah anda dengar sebelumnya yaitu tentang seorang Anak dan Pohon .
           Ada pohon besar di dalam hutan dengan batang yang tebal, banyak dahan besar, dan berdaun rimbun. Seorang anak yang kesepian datang ke pohon itu untuk bermain.
Anak itu membayangkan ia mendengar pohon itu berkata ramah kepadanya, “Ayo panjatlah aku. Bangunlah rumah bermain kecil di atas sini. Kamu boleh menggunakan dahan kecilku jika kamu mau, juga daunku yang berlimpah.” Maka anak itu memanjat pohon itu, mematahkan beberapa ranting, mengambil dedaunan, dan membuat rumah rahasia yang tinggi di pohon itu. Meski itu menyakiti pohon, namun pohon itu ba hagia berkorban sedikit untuk melihat anak itu mendapatkan begitu banyak kesenangan. Selama hari-hari yang panjang, anak itu akan bermain di dalam rumah pohon. Pohon itu puas.
Ketika anak itu tumbuh lebih dewasa, ia berhenti bermain di pohon itu. Pohon itu menjadi sedih, rantingnya merunduk dan deadunannya kehilangan kilaunya.
Selang beberapa tahun, anak yang kini remaja itu kembali.  Pohon itu kegirangan melihatnya lagi. Pemuda itu merasa ia mendengar pohon itu berkata, “Ayo panjatlah aku lagi. Rumah pohon lamamu masih di sini. Aku merindukanmu.”
“Kini aku terlalu tua untuk bermain rumah pohon,’ pikir remaja itu. “Aku ingin kuliah tapi aku terlalu miskin.”
“Tidak masalah,’ pohon itu tampaknya berkata, “Kembalilah seminggu lagi. Aku akan mengeluarkan buah. Aku akan hasilkan ekstra. Silakan panen semua buahku dan juallah untuk membayar biaya kuliahmu.”
Maka anak itu kembali tujuh hari kemudian. Pohon itu dipenuhi buah ranum. Anak itu mengambil semuanya sampai buah yang terkahir, menjualnya, dan cukup untuk biaya kuliah satu tahun. Pohon itu sangat bahagia.
         Anak itu kembali selama tiga tahun berikutnya, mengambil setiap buahnya dan menjualnya untuk memenuhi biayanya. Pohon itu gembira. Pohon itu bahkan kelihatannya berusaha lebih keras tiap tahunnya untuk menghasilkan lebih banyak buah untuk sahabatnya, meskipun ini membuat pohon itu kelelahan dan makin sakit.
Ketika anak itu lulus, ia berhenti datang. Pohon itu sedih lagi. Beberapa tahun kemudian, anak itu, kini menjadi pemuda, kembali. Ia memiliki kesan yang sangat jelas bahwa pohon tua itu menangis kegirangan melihatnya lagi. “Tunggu beberapa hari lagi. Walau aku kini agak lemah, aku masih bisa menghasilkan banyak buah agar kamu jual untuk biaya kuliahmu.”
“Aku tidak kuliah lagi,” kata pemuda itu, “aku sudah punya pekerjaan. Aku sudah jatuh cinta dan ingin menikah, namun kami membutuhkan rumah untuk ditinggali.”
“Tidak masalsah,” pohon itu agaknya berkata, “kembalilah besok dengan gergaji. Ambil dahan tebalku. Itu bisa untuk membuat papan lantai dan tiang yang kuat. Bahkan ada cukup kayu untuk membuat dindingnya. Gunakan dahan kecil dan daun besar untuk atapnya. Ada banyak.”
Demikianlah, hari berikutnya, pemuda itu mengambil seluruh dahan dan daun untuk membuat rumahnya, menyisakan hanya batangnya. Meski itu melukai pohon itu dengan parah, pohon itu bahagia membuat pengorbanan besar untuk seseorang yang dicintainya.
Selama bertahun-tahun, anak itu tidak pernah kembali. Pohon itu bergantung pada kenangan bahagianya untuk mempertahankan hidupnya.
               Kala anak itu datang lagi, kini menjadi pria setengah baya, pohon itu nyaris melompat keluar dari tanah dengan sukacita. “Selamat datang! Sungguh bahagia melihatmu lagi!” Bahkan kali ini burung-burung pun bisa mendengar pohon itu. “Apa yang bisa kulakukan untukmu? Mohon izinkan aku membantu.”
“Aku kini punya anak,” jawab pria itu, “dan aku ingin memulai usaha perabotanku sendiri untuk mendapat cukup uang untuk memberi mereka kehidupan yang baik.”
“Bagus sekali,” kata pohon tua itu, “meski kamu mungkin berpikir aku cuma tunggul tua, ada banyak kayu indah dalam batangku untuk membuat banyak perabot mahal. Ambillah. Aku akan bahagia jika kamu ambil semua.”
Maka pria itu datang esoknya, menebang batang pohon itu dan mendapat cukup banyak kayu kelas satu untuk memulai usaha perabotannya.
Tak lama setelahnya, pohon itu mati.
          Bertahun-tahun kemudian, anak itu, kini telah menjadi orangtua, mengunjungi tempat dimana pohon yang sehat itu pernah berdiri, tempat ia membangun rumah pohon semasa ia kecil, yang selalu begitu dermawan kepadanya. Yang tersisa hanyalah akar yang melapuk. Orang tua itu membaringkan kepalanya di atas akar-akar itu sejenak. Akar itu jauh lebih nyaman daripada bantal bulu. Ia ingat dengan berurai air mata bagaimana pohon itu telah menolongnya, tanpa bertanya, tiap kali ia membutuhkan pertolongan. Bagaimana pohon itu mengorbankan segalanya untuknya, dan bahagia melakukannya setiap saat. Ia pu tertidur.

etika ia bangun dari mimpi itu, ia menyadari bahwa pohon itu adalah orangtuanya.





1 komentar: